KEAJAIBAN DESAIN DI ALAM
Mahasuci Tuhan Semesta Alam Dialah yang sudah mendesain seisi alam ini dengan kekuasaannya, tiada sekutu baginya, kita akan menggali berbagai contoh sistem makhluk hidup yang melumpuhkan teori Darwin. Cara kerja tubuh ini dapat ditemui di mana pun mulai dari sayap burung hingga dalam tengkorak kelelawar.
Ketika kita menelaah contoh-contoh ini, kita
tidak hanya akan melihat kesalahan besar yang dibuat Darwinisme namun juga
membuktikan begitu hebatnya kebijaksanaan yang menyertai penciptaan sistem
tersebut. Oleh karena itu, kita akan melihat bukti yang tak terbantahkan
tentang penciptaan oleh Allah yang tak bercela. Demikianlah, kekuasaan dan
keindahan seni Allah dalam menciptakan tanpa cacat tersebut disebutkan di dalam
sebuah surat Al Qur'an sebagai berikut:
Dia-lah Allah Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama
Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan
Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al Hasyr : 24)
Mari kita pikirkan
sejenak mengenai aspirin, Anda akan langsung mengingat tanda di tengah tablet.
Tanda ini dirancang untuk menolong konsumen yang hanya menggunakan setengah
dosis. Setiap produk yang kita lihat di sekitar kita, meskipun tidak sesederhana
aspirin, dibuat dengan desain atau rancangan tertentu, mulai dari kendaraan
yang kita pakai untuk bekerja, hingga remote control televisi.
Desain
atau rancangan, secara singkat berarti gabungan yang selaras dari berbagai
bagian dalam bentuk yang teratur yang dirancang untuk tujuan tertentu. Dari
pengertian ini, kita tidak akan sulit menerka bahwa sebuah mobil adalah suatu
rancangan. Ini karena terdapat tujuan tertentu, yaitu untuk mengantarkan
manusia dan barang. Untuk mewujudkan tujuan ini, berbagai bagian seperti mesin,
ban dan rangkanya direncanakan dan dirakit di sebuah pabrik.
Akan
tetapi, bagaimana halnya dengan makhluk hidup? Dapatkah seekor burung beserta
cara terbangnya disebut sebagai rancangan pula? Sebelum memberi jawabannya,
mari kita ulang penilaian kita dalam contoh mobil tadi. Tujuan burung, dalam
hal ini, adalah untuk terbang. Untuk tujuan ini, tulang yang berbobot ringan,
berongga, serta otot-otot dada yang kuat yang menggerakkan tulang-tulangnya
digunakan bersama dengan bulu-bulu yang mampu mempertahankan kedudukannya di
udara. Sayap terbentuk dengan sifat aerodinamis dan metabolisme tubuhnya
sejalan dengan kebutuhan burung untuk memperoleh tingkat tenaga yang tinggi.
Jelaslah bahwa burung merupakan hasil dari rancangan tertentu.
Jika
kita tinggalkan sementara pengamatan kita atas burung dan menelaah bentuk lain
dari kehidupan, maka kita akan menemui kenyataan yang sama. Di setiap makhluk,
terdapat contoh-contoh rancangan yang sangat sempurna. Jika kita telaah lebih
jauh, kita menemukan bahwa diri kita sendiri pun merupakan bagian dari
rancangan itu sendiri. Tangan Anda yang memegang halaman-halaman buku ini
memiliki kemampuan yang tidak bisa disamai oleh tangan robot mana pun. Mata
Anda yang membaca baris demi baris buku ini memungkinkan penglihatan dengan
pusat pandangan yang oleh kamera terbaik di dunia ini pun tidak mampu tercapai.
Oleh
sebab itu, kita sampai pada kesimpulan penting ini: seluruh makhluk di alam,
termasuk diri kita, merupakan suatu rancangan. Hal ini, pada gilirannya
membuktikan keberadaan Sang Pencipta, Yang merancang semua makhluk dengan
kehendak-Nya, memelihara seluruh ciptaan-Nya, dan memiliki kekuasaan dan
kebijaksanaan yang mutlak.
Namun,
semua kenyataan ini ditolak oleh teori evolusi yang dirumuskan pada pertengahan
abad ke-19. Teori ini, yang dikemukakan dalam buku karya Charles Darwin On the
Origin of Species menilai bahwa semua makhluk berevolusi melalui rangkaian
kejadian kebetulan dan berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Menurut
dalil dasar dari teori ini, semua bentuk kehidupan melalui perubahan demi
perubahan kecil yang acak. Jika perubahan acak ini memperbaiki suatu bentuk
kehidupan, maka bentuk kehidupan itu akan mendapatkan kelebihan atas bentuk
yang lain, yang pada gilirannya diturunkan kepada keturunan-keturunan
selanjutnya.
Alur
cerita ini telah bertahan sekitar 140 tahun seolah-olah sangat ilmiah dan
meyakinkan. Ketika ditelaah dengan sebuah mikroskop yang lebih tajam dan ketika
dibandingkan dengan contoh-contoh rancangan makhluk hidup, teori Darwin
melukiskan gambaran yang sangat berbeda, yakni, penjelasan Darwin tentang
kehidupan tidak lebih dari lingkaran setan yang menyalahi kehidupan itu
sendiri.
Pertama,
mari kita pusatkan perhatian pada perubahan acak. Darwin tidak mampu memberikan
sebuah pengertian yang utuh tentang pandangan ini karena kurangnya ilmu sifat
keturunan (genetika) di masanya. Para pendukung teori evolusi (evolusionis)
yang sepakat dengannya menyarankan pemikiran tentang "mutasi." Mutasi
merupakan suatu pemutusan, penempatan, atau pergeseran gen (sifat keturunan)
makhluk hidup yang terjadi secara kebetulan. Padahal, dan ini yang terpenting,
tak ada satu mutasi pun dalam sejarah yang terbukti memperbaiki keadaan suatu informasi
genetik makhluk hidup.
Hampir semua kejadian mutasi yang dikenal dapat
melumpuhkan atau membahayakan makhluk tersebut, sementara lainnya tidak
berakibat apa-apa. Karena itulah, berpikir bahwa suatu makhluk bisa membaik
melalui mutasi sama halnya dengan menembak dalam keramaian dan berharap bahwa
luka yang disebabkannya akan memunculkan manusia yang lebih baik dan lebih
sehat. Ini jelas omong kosong.
Karena
penting, dan bertentangan dengan semua data ilmiah, meskipun kita beranggapan
bahwa mutasi tertentu bisa benar-benar memperbaiki keadaan suatu makhluk,
ajaran Darwin (Darwinisme) tetap tidak mampu diselamatkan diri dari
keruntuhannya yang tak terelakkan. Alasannya adalah sebuah pandangan yang
disebut "kerumitan tak tersederhanakan (irreducible complexity)."
Maksud dari pemikiran ini adalah bahwa sebagian besar sistem dan alat tubuh
makhluk hidup bekerja karena berbagai bagian-bagian mandiri yang bekerja
bersama, sehingga hilangnya atau berhentinya satu bagian saja dari sistem
tersebut sudah cukup untuk menghentikan seluruh sistem atau alat tubuh itu.
Misalnya,
telinga menginderakan suara hanya bisa dengan serangkaian alat-alat yang lebih
kecil. Ambil atau ubahlah salah satunya, misalnya salah satu tulang telinga
bagian tengah, maka tidak akan ada pendengaran sama sekali. Agar telinga dapat
mengindera suara, berbagai bagiannya (semisal saluran pendengaran luar, selaput
gendang, tulang-tulang di telinga bagian tengah, seperti tulang martil, tulang
pelana dan tulang sanggurdi, cairan siput, penerima pendengaran atau sel-sel
rambut, bulu getar yang membantu sel tersebut menginderakan getaran, jaringan
saraf yang terhubung ke otak dan pusat pendengaran di otak) harus bekerja
bersama tanpa kecuali. Sistem ini tidak dapat berjalan bagian per bagian karena
tidak ada satu bagian pun yang dapat bekerja sendiri.
Oleh
karenanya, pandangan kerumitan tak tersederhanakan tadi menghancurkan teori
evolusi di akarnya. Menariknya, Darwin juga mengkhawatirkan kemungkinan mutlak
ini. Dia menulis dalam On The Origin of Species:
Jika
bisa ditunjukkan bahwa ada alat tubuh yang rumit, yang tidak mungkin dapat
terbentuk oleh banyak perubahan-perubahan yang kecil dan bertahap, teori saya
pasti akan runtuh.
Darwin
tidak mampu, atau mungkin tidak ingin menemukan alat tubuh seperti itu, ketika
tingkat pengetahuan di abad ke-19 masih amat hijau. Namun, ilmu pengetahuan di
abad ke-20 telah mempelajari hingga perincian terkecil dan membuktikan bahwa
sebagian besar struktur kehidupan menunjukkan kerumitan yang tak
tersederhanakan. Karenanya, Teori Darwin telah "dengan mutlak" jatuh,
tepat seperti yang ia takutkan.
Dalam
buku ini, kita akan menggali berbagai contoh sistem makhluk hidup yang
melumpuhkan teori Darwin. Cara kerja tubuh ini dapat ditemui di mana pun mulai
dari sayap burung hingga dalam tengkorak kelelawar. Ketika kita menelaah
contoh-contoh ini, kita tidak hanya akan melihat kesalahan besar yang dibuat
Darwinisme namun juga membuktikan begitu hebatnya kebijaksanaan yang menyertai
penciptaan sistem tersebut.
Oleh
karena itu, kita akan melihat bukti yang tak terbantahkan tentang penciptaan
oleh Allah yang tak bercela. Demikianlah, kekuasaan dan keindahan seni Allah
dalam menciptakan tanpa cacat tersebut disebutkan di dalam sebuah surat Al
Qur'an sebagai berikut:
Dia-lah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al Hasyr : 24)
Sebuah Contoh Kerumitan yang Tak Tersederhanakan: Mata Udang Laut
Banyak
jenis mata yang berbeda di dunia tempat kita hidup. Kita sudah terbiasa dengan
mata sejenis kamera yang ditemukan pada makhluk hidup bertulang belakang.
Bentuk ini bekerja atas dasar pembiasan cahaya yang jatuh ke atas lensa dan
dipusatkan pada titik di belakang lensa di bagian dalam mata.
Akan
tetapi, mata yang dimiliki oleh makhluk lain bekerja dengan cara yang berbeda.
Sebagai contoh adalah udang laut (jenis lobster). Mata seekor udang laut
bekerja atas dasar pemantulan, bukan pembiasan.
Ciri
yang paling menonjol pada mata udang laut adalah permukaannya, yang terdiri
atas banyak kotak persegi. Sebagaimana yang terlihat pada gambar di halaman
berikutnya, kotak-kotak tersebut ditempatkan dengan begitu tepat.
Mata
udang laut memperlihatkan bangun ruang yang istimewa yang tidak ditemukan di
tempat lain di alam - mata itu memiliki mata-mata majemuk yang amat kecil yang
berbentuk persegi dengan sempurna, sehingga "menyerupai kertas gambar yang
sempurna."
Kotak-kotak
persegi yang tersusun rapi itu sebenarnya merupakan ujung dari tabung persegi
yang amat kecil yang membentuk suatu bangun menyerupai sarang madu. Sekilas,
sarang madu terlihat tersusun atas bentuk segi enam, meskipun bentuk ini
sebenarnya adalah sisi depan prisma segi enam. Di dalam mata udang laut,
terdapat kotak-kotak persegi di tempat segi enam tersebut.
Lebih
mengherankan lagi adalah karena sisi-sisi setiap tabung-tabung persegi ini
seakan cermin-cermin yang memantulkan cahaya yang datang. Cahaya pantulan
tersebut dipusatkan ke retina secara sempurna. Sisi-sisi tabung di dalam mata
tersebut berada pada sudut yang sempurna sehingga semuanya terpusat pada satu
titik tunggal.
Sifat
rancangan yang luar biasa dari sistem ini sangat tak terbantahkan. Seluruh
tabung persegi yang sempurna ini memiliki suatu lapisan yang kerjanya seperti
cermin. Lebih dari itu, tiap-tiap sel tersebut ditempatkan dengan menggunakan
aturan bangun ruang yang begitu tepat sehingga seluruhnya memusatkan cahaya
pada satu titik tunggal.
Jelaslah
sudah bahwa rancangan pada mata udang laut menimbulkan kesulitan besar bagi
teori evolusi. Yang terpenting, mata ini membuktikan pandangan kerumitan tak
tersederhanakan. Jika salah satu bagiannya (seperti bagian mata majemuk dari
mata tersebut, yang berbentuk persegi sempurna, sisi cermin di tiap satuannya,
atau lapisan retina di belakangnya) dihilangkan, maka mata tidak akan pernah
dapat bekerja. Oleh sebab itu, mustahil beranggapan bahwa mata ini berevolusi
setahap-demi setahap. Tidak dapat dibenarkan secara ilmiah jika berpendapat
bahwa rancangan yang sempurna seperti ini dapat muncul secara kebetulan. Sangat
jelas bahwa mata udang laut diciptakan sebagai sebuah sistem yang menakjubkan.
Kita
dapat menemukan lebih lanjut ciri-ciri mata udang laut yang menihilkan
penilaian para evolusionis. Suatu kenyataan menarik muncul ketika kita
mengamati makhluk-makhluk dengan struktur mata yang serupa. Mata yang
memantulkan, yang salah satu contohnya adalah mata udang laut, hanya ditemukan
pada sekelompok Crustacea (hewan air bercangkang), dekapoda yang berbadan
panjang. Keluarga ini meliputi udang laut lobster, udang laut kecil berperut
besar, dan udang laut kecil kurus.
Anggota
lain dari kelas Crustacea menunjukkan "bentuk mata jenis pembiasan," yang
bekerja dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan anggota dengan jenis mata
pemantulan. Di sini, mata terbentuk atas ratusan sel seperti sarang lebah.
Tidak seperti sel-sel persegi pada mata udang laut, sel-sel tersebut berbentuk
segi enam atau bulat. Lebih jauh lagi, bukan memantulkan cahaya, lensa-lensa
kecil di dalam sel justru membiaskan cahaya ke atas titik pusat pada retina.
Sebagian
besar anggota kelas Crustacea memiliki bentuk mata pembiasan.
Sebaliknya, hanya
satu kelompok dari Crustacea, yakni dekapoda berbadan panjang, yang memiliki
mata pemantul. Menurut anggapan para evolusionis, seluruh makhluk dalam kelas
Crustacea harus berevolusi dari nenek moyang yang sama. Karena itulah, para
evolusionis menyatakan bahwa mata pemantul berevolusi dari suatu mata pembias
yang jauh lebih lazim di antara anggota Crustacea dan dengan rancangan yang
pada dasarnya lebih sederhana.
Padahal,
alasan-alasan semacam itu mustahil, karena kedua bentuk mata ini bekerja secara
sempurna di dalam sistemnya masing-masing dan tidak ada ruang untuk tahap
"peralihan." Suatu Crustacea akan menjadi buta dan akhirnya hilang
karena seleksi alam jika lensa pembias di dalam matanya menyusut dan digantikan
oleh permukaan cermin pemantul.
Oleh
sebab itu, pastilah kedua bentuk mata ini telah dirancang dan diciptakan secara
terpisah. Terdapat ketepatan bangun ruang yang luar biasa di dalam mata-mata
tersebut, sehingga usaha mendukung kemungkinan "kejadian kebetulan"
hanyalah lelucon belaka. Sebagaimana pada keajaiban penciptaan lainnya, bentuk
mata udang laut merupakan suatu bukti nyata akan kekuasaan tak terbatas Sang
Pencipta untuk menciptakan dengan sempurna. Ini tak lain dari perwujudan ilmu
Allah, kebijaksanaan, dan keagungan-Nya yang tanpa batas. Kita bisa menyaksikan
keajaiban seperti ini, tak peduli apa pun yang kita teliti di dunia penciptaan.
Download Dhhom
0 comments: