PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Penciptaan alam semesta merupakan pekerjaan yang tidak bisa di lakukan oleh siapa pun, melainkan pekerjaan yang hanya bisa di lakukan oleh Tuhan yang tunggal yaitu Allah swt, mungkin dalam benak kita terlintas sebuah pertanyaan:
Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan ke-teraturan jagat raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan terlindung bagi kita?
Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan ke-teraturan jagat raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan terlindung bagi kita?
Aneka
pertanyaan seperti ini telah menarik perhatian sejak ras ma-nusia bermula. Para
ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka
sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan
bukti keberadaan Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh jagat raya. Ini
adalah kebenaran tak terbantahkan yang dapat kita capai dengan menggunakan
kecerdasan kita. Allah mengungkapkan kenyataan ini dalam kitab suci-Nya, Al
Quran, yang telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan
bagi kemanusiaan.
Allah menya-takan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta
dari ketiadaan, untuk suatu tujuan khusus, serta dilengkapi dengan semua sistem
dan keseimbangannya yang dirancang khusus untuk kehidupan manusia. Alam semesta adalah
fana. Ada penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur.
Di antaranya ada pen-ciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana
berlang-sung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan
proses-proses lain yang tak diketahui.
Dalam buku Penciptaan Alam Raya karya
Harun Yahya ini penulis memperkokoh keyakinan akan terintegrasinya pemahaman
Islam dan pemahaman manusia (ilmuwan) tentang asal muasal alam semesta. Adapun
pertemuan pemahaman ayat Al Quran dan sains astronomi adalah bahwa alam semesta
ini berawal dan berakhir; dan Al Quran lebih jauh memberi petunjuk bahwa alam
semesta mempunyai Dzat Pencipta (Rabbul
alamin). Fenomena ini diharapkan menjadi pembuka jalan dan pemicu
integrasi Islam dalam kehidupan manusia.
Seperti buku-buku
Harun Yahya lainnya, penulis mengungkapkan renik-renik kehebatan, kemegahan,
keindahan, keserasian, dan kecang-gihan sebuah sistem di alam semesta, dan
mengakhiri dengan per-tanyaan: Apakah sistem yang demikian serasi terjadi
dengan sendirinya, tanpa Yang Maha Perencana dan Yang Maha Pencipta? Eksplorasi
semacam ini menggugah kecerdasan spiritual manusia, mendekatkan seorang muslim
dengan khalik-Nya.
Mari kita berbincang
sedikit mengenai alam semesta ini.
Bumi dan Planet-Planet Lainnya
Dimulai dari planet
Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh ber-miliar manusia. Kecerdasan
spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini;
perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang
diketahui pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi masih
terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari
1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak
berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi
lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah
kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak
sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan
berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari
lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagai-nya. Ragam wahana dalam tata surya
itu berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya
tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di alam
semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau layak dihuni oleh
kehidupan?)
Putaran demi putaran
waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri perlahan
tapi pasti. Namun, berbagai perta-nyaan manusia tentang misteri alam semesta
masih belum atau tak ber-jawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah
dikerahkan dan penge-tahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu terus
menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan akal
manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom,
planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas
galaksi-galaksi muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi
panjang 10-13 hingga 1026 meter, yang merupakan batas
fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21 manusia
masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35 meter (skala panjang
Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari pe-nemuan skala atom pada
dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimen-si lainnya seperti waktu, energi,
massa, rentangnya meluas dari yang le-bih kecil dan lebih besar.
Tentang rentang
waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berba-gai zaman (dan zaman transisi
di antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50
hingga 105 tahun, Zaman Bintang, (106 - 1014
tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015 - 1039 tahun),
Zaman Black Hole, (1040 - 10100 tahun), Zaman Gelap
ketika alam semesta menghampiri kehan-curannya dan Zaman Kehancuran Alam
Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang diketahui
manusia (atas izin Allah), akhirnya manusia hanya bisa berspekulasi dan tak
bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya sebelum kelahiran alam semesta
dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal
manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari
1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan
Matahari sebesar 1033 Joule), energi radiasi matahari sebesar 1026
watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar 1022 Joule, energi
yang diperlukan manusia per tahun sebesar 1020 Joule, energi
penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 1013 Joule,
energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah anugerah yang
besar bagi manusia, walaupun melalui proses yang panjang.
Deskripsi dan Model Alam Semesta
Kesan umum luas dan
megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam
yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah
tak terhitung jumlah-nya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar
dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu
memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi pemandangan
alam semesta pun beragam. Dulu alam se-mesta dimodelkan sebagai ruang berukuran
jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km)
baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km)
abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad
ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat
Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan
Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi.
Benda langit yang
terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang
surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena
periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat
salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan.
Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun
1959.
Pada siang hari,
pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan;
sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat.
Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang
berwarna warni.
Matahari sendiri
adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas
dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K), seperti bintang
panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan lebih banyak cahaya
ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih
dingin, lebih banyak memancar-kan cahaya merah dan inframerah dibandingkan
cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Manusia bisa
mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah
yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang
mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya.
Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan
dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demi-kian, ada jalan
bagi yang ingin bersungguh-sungguh menekuninya.
Dengan Sains Menangkap Realitas Alam Semesta
Pemahaman manusia
tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai
prinsip-prinsip, kepercayaan umum da-lam sains (seperti ketidakpastian
Heisenberg tentang pengukuran simul-tan dimensi ruang dan waktu), serta
berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan
yang menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik
materi, teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan. Berbagai
hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan fenomena.
Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat dikatakan
sebuah hukum.
Dunia fisika
membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan konsep
medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika
Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan
persoalan mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika
untuk semua massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekani-ka
Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27
kg dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik)
menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah,
tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika statistik
(kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda dalam
jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan
termodinamik. Dalam penjelajahan akal ma-nusia di dunia elektromagnet dikenal
persamaan Maxwell untuk mendes-kripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga
teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi
partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi
elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya
gravita-si, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya. Demikianlah,
metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta yang
berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang
luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan ob-jek berdaya besar, seperti Quasar
atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain
itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar
tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia
berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak
memancarkan caha-ya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet misalnya.
Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan
terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena
secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara tentang
daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10 watt,
75 watt dan sebagainya; sedangkan Ma-tahari berdaya 1026 watt dan
berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota
dengan daya lebih besarlah yang tam-pak terang. Menurut hukum cahaya, terang
lampu akan melemah seban-ding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada
jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter, dan
apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka, kemampuan mata
manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya juga akan
membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek langit
yang lebih lemah dipergu-nakan kolektor atau teleskop yang lebih besar.
Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit
yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau
bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa dideteksi manusia.
Pertanyaan lain muncul: Apakah semua objek langit bisa diamati melalui
teleskop? Berapa banyak yang mungkin diamati dan dihadirkan sebagai
pengetahuan?
Makin jauh jarak
galaksi, berarti pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi
tersebut. Cahaya merupakan fosil infor-masi pembentukan alam semesta yang
berguna, dan manusia berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga
takdir di masa de-pan yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum
alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada
pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah
sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk
ekstrapolasi persepsi yang salah?
Sampai di batas mana
manusia bisa membayangkan dan menjangkau-nya? Bagaimana kondisi awal, bagaimana
kondisi sebelumnya, bagai-mana kondisi 5 miliar tahun ke depan, bagaimana
kondisi 50 miliar tahun ke depan dan seterusnya? Apakah pengetahuan agama akan
memberi jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut? Alam semesta yang megah akan
runtuh, akan hancur, tapi entah bagaimana prosesnya, dan ada apa setelah
kehancuran itu? Kita kembali kepada Allah untuk mencari jawaban-Nya, karena Dia
adalah zat Maha Mengetahui atas segala ciptaan-Nya, dan manusia hanya diberi
pengetahuan-Nya sedikit.
Begitulah, melalui
sains manusia mencoba dideskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam
bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang
bisa diamati dan diukur. Aga-ma memperluas spektrum makna alam semesta bagi
manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta, kehidupan dan manusia.
Jawaban singkat tentang pertanyaan Siapa pencipta alam semesta beserta
hukum-hukum alamnya: Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memper-luas
pengetahuan yang dicakup oleh metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti
berkenalan dengan alam gaib, akhirat dan sebagainya. Namun begitu, rupanya
berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta di sekitar planet Bumi
masih banyak yang belum terjawab atau mungkin tak berjawab hingga kehancuran
Bumi.
Wallahu a'lam bishawwab
0 comments: